20130323

RIWAYAT HIDUP IMAM TIRMIDZI (RADHIALLAHU 'ANHU)


Imam at-Tirmidzi nama panggilannya adalah Abu 'Isa, sedangkan nama aslinya Muhammad bin "isa bin Saurah bin Musa bin ad-Dhahhak as-Sulami. 

Beliau dilahirkan pada tahun 209 Hijriah di desa Bugh, kemudian pindah ke kota Tirmidz* sampai akhir hidupnya, ( pada tahun 279 hijriah pada usia 70 tahun).
 
Nota *1:

Penulis kitab "Al-Qamus" menerangkan bahawa huruf ta nya dibaca kasrah (Tirmidz). Tirmidz adalah nama sebuah kota kuno di tepi sungai Balkh di wilayah pantai sebelah timur. Kota ini dikenal pula dengan " madinatul Rijal " (kota kaum lelaki).

Syaikh Ibrahim al-Bajuri menerangkan bahawa Tirmidzi menurut pendapat yang masyur dibaca " Tirmidz " , tapi ulama Ahlul Ma'rifah membacanya " Turmudzi ", dan ada pula yang membacanya " Tarmidzi ".

 
Para ahli sejarah menyatakan bahawa dimasa hayat Imam Tirmidzi merupakan masa keemasan ilmu Hadits, dan sebagai penggeraknya adalah Imam Muhammad bin Idris as -Syafi'i al-Muthalibi (Imam Syafi'i), yang hidup antara tahun 150 Hijriah - 204 Hijriah.

 
Imam Syafi'i berhasil mengajarkan kepada umat Islam, terutama penduduk Iraq dan Mesir perihal sumber hukum yang berasal dari sunnah dan bagaimana cara mengamalkan Sunnah berdampingan dengan al-Quran. Ia pun berhasil membuat qaidah-qaidah Ushulul Ijtuhad (Ushul Fiqih) serta mengembangkannya. Dikala diadakan perbincangan perihal kedudukan Hadits dalam lapangan hukum Islam, ia berhasil meyakinkan lawan-lawannya perihal kewajiban mengambil dasar hukum dari Hadits sebagai dalil, dan membuat mereka tak mampu berbantahan lagi. Selanjutnya sejarah menyaksikan bahawa Imam-Imam besar penyusun Sunnah, banyak bermunculan pada masa-masa berikutnya. Walaupun mereka tidak sempat bertemu dan berguru kepada Imam Syafi'i, kerana beliau wafat lebih dahulu, namun demikian mereka sempat bertemu dengan teman-temannya, orang yang sepergaulan dengannya, serta lawan-lawan perbahasan ilmiahnya, juga dengan murid-muridnya yang sudah menjadi orang besar.

 
Berikut ahli-ahli hadits dan masa hidup mereka :

1.    Imam Bukhari,(muhammad bin Ismail Abu Abdillah, Beliau dilahirkan pada bulan Syawal tahun 194 Hijriah dan wafat pada hari Sabtu pertengahan bulan Syawal tahun 256 Hijriah.

2.    Imam Muslim bin al-hajjaj al-Qusyairi Abul Hasan. Ia dilahirkan pada tahun 209 Hijriah dan wafat pada 25 Rejab tahun 256 Hijriah.

3.    Imam al-Hafidh at-Tirmidzi. Ia dilahirkan pada tahun 209 Hijriah dan wafat pada 13 Rejab tahun 279 Hijriah.

4.    Abu Daud, Sulaiman bin al-'Asy'ats as-Sajistani. Ia dilahirkan pada tahun 202 Hijriah dan wafat pada 16 Syawal tahun 257 Hijriah.

5.    An-Nasai, (Ahmad bin Syu'aib), Abu 'Abdirrahman panggilannya. Ia dilahirkan tahun 215 Hijriah dan wafat pada 13 Shafar tahun 303 Hijriah.

6.    Ibnu Majah (Muhammad bin Yazid bin Majah), Abu Abdillah nama panggilannya. Ia dilahirkan pada tahun 209 Hijriah dan ia wafat pada 22 Ramadhan tahun 273 Hijriah.

Imam-imam Hadits yang enam (6) ini meriwayatkan Hadits yang mereka terima dari banyak guru-guru Hadits. Sebagian mereka meriwayatkan Hadits dari guru yang berbeda, tapi banyak pula diantara mereka yang meriwayatkan Hadits dari guru yang sama.

 

Ada sembilan (9) guru hadits yang mereka bersama jadikan sebagai sumber pengambilan Hadits Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wassalam, iaitu:

1.    Abu Hafsh, 'Amr bin Ali al-Fallas, beliau dilahirkan setelah tahun 16 0 Hijriah dan wafat pada tahun 249 Hijriah.

2.    Nashr bin Ali al-Jahdlami, beliau wafat pada tahun 252 Hijriah.

3.    Muhammad bin Basysyar, beliau dilahirkan pada tahun 167 Hijriah.

4.    Ya'qub bin Ibrahim ad-Dauraqi, beliau dilahirkan pada tahun 166 Hijriah.

5.    Muhammad bin Mutsanna, Abu Musa nama panggilannya, beliau dilahirkan pada tahun 167 Hijriah.

6.    Ziyad bin Yahya al-Hasani, beliau dilahirkan pada tahun 254 Hijriah.

7.    'Abbas bin 'Abdul 'Adhim al-'Anbari, beliau dilahirkan pada tahun 246 Hijriah.

8.    Muhammad bin Ma'mar al-Qaisi al-Bahrani, beliau dilahirkan pada tahun 256 Hijriah.

9.    Abu Sa'id al-Asyaj, ('Abdullah bin Sa'id al-Kindi, beliau dilahirkan pada tahun 257 Hijriah.

Imam at-Tirmidzi sempat pula bertemu dan berguru kepada guru-guru Hadits yang lebih tua dari mereka. Adz-Dzahabi di dalam kitabnya " Tadzkiratul Huffadh " menerangkan sebagai berikut :

" Imam at-Tirmidzi sempat berguru kepada Qutaibah* bin Sa'id, Abu Mash'ab*, Ibrahim bin 'Abdillah al-Harawi*, Ismail bin Musa as-Suddi*, Suwaid bin Nashr*, dan Ali bin Shakhar*.

 
Nota *2:

Qutaibah bin Sa'id as-Tsaqafi, Abu Raja nama panggilannya, beliau hidup antara tahun 150 sampai 240 Hijriah.

 
Nota *3:

Abu Mash'ab (Ahmad bin Abu Bakar as-Zuhri, al-Madani beliau hidup antara tahun 150 Hijriaj sampai tahun 242 HIJRIAH.

 
Nota *4:

Ibrahiim bin 'Abdillah al-Harawi adalah Ibrahim bin Abdullah bin Hatim az-Zuhri, yang hidup antara tahun 178 Hijriah sampai tahun 244 Hijriah.

 
Nota *5;

Ismail bin Musa as-Suddi ialah Ismail bin Musa al-Fazari as-Suddi yang wafat pada tahun 245 Hijriah.

 
Nota *6:

Suwaid bin Nashr bin Suwaid al-Marwazi as-Suddi, beliau wafat pada tahun 240 Hijriah dalam usia 91 tahun.
 

Nota * 7:

Ali bin Shakhar adalah Ali bin Hajar al-Marwazi, yang wafat pada tahun 244 Hijriah dalam usia hampir 100 tahun.

 

Imam Tirmidzi adalah salah seorang murid Imam Bukhari dan merupakan salah seorang rawinya. Beliau belajar kepada Imam Bukhari dalam Ilmu Hadits dan Ilmu Fiqih. Selain belajar dengan tekun, beliau pun sering berbincang dengan Imam Bukhari, adakalanya pendapat beliau tidak sejalan dengan pendapat Imam Bukhari. Dan perbedaan pandangan ulama dalam mencari kebenaran adalah hal yang wajar, sebagaimana kerap terjadi dalam berbagai bidang.

 

Dalam memperdalam ilmunya, Imam Tirmidzi banyak mengembara ke berbagai negeri. Ia mengikuti berbagai tempat pengajian ilmu yang berada di Khurasan, Iraq dan Hijaz.

 

Al-Hafidh Abul Fadlal Muhammad bin Thahir al-Maqdisi bercerita, bahawasanya al-Hasan bin Ahmad Abu Muhammad as-Samarkandi mengabarkan bahawa Abu Basyar Abdullah bin Muhammad bin 'Amr mengabarkan kepada kami bahawasanya Abu Sa'id 'Abdurrahman bin Muhammad al-Idrisi al-Hafidh bercerita sebagai berikut.:

 " Muhammad bin 'Isa bin Saurah at-Tirmidzi al-Hafidh ad-Dharir (yang cacat penglihatan diakhir hayatnya) adalah seorang Imam teladan dalam bidang Ilmu Hadits. Beliau telah menyusun kitab al-Jami', at-Tawarikh dan al-'Ilal. Kitab-kitab susunannya itu membuktikan bahwa ia seorang ulama yang berpengetahuan luas, yang selalu menjadi suri tauladan orang lain, terutama dalam hafalan Hadits ".

 As-Sam'ani berkata dalam kitabnya " al-Ansab " :

 " At-Tirmidzi adalah Imam pada masanya yang tidak ada tandingannya. Ia mempunyai beberapa karya tulis, dan ia merupakan salah seorang Imam teladan pada bidang Ilmu Hadits ".

 Selain itu, dapat pula dinukil dari ad-Dzahabi dalam " Tadzkiratul Huffadh " , Ashafdi dalam " Nuktul Himyan " dan al-Muzi dalam " at-Tahdzib " , bahwa Ibnu Hibban menyebut tentang Imam Tirmidzi dalam kitabnya " as-Tsiqat " sebagai berikut :

 " At-Tirmidzi adalah salah seorang di antara sekian banyak orang yang menghimpun Hadits, kemudian menyusunnya didalam kitab, menghafalkannya serta memudzakarahkannya ".

 Ad-Dzahabi di dalam kitabnya " al-Mizan " mengungkapkan:

 " At-Tirmidzi adalah seorang Hafidhul 'Ilmi, penyusun kitab al-Jami' dan dipercayai riwayatnya oleh ijma ulama. jangan terpengaruh oleh pernyataan Abu Muhammad bin Hazm tentang peribadi at-Tirmidzi yang ditulis dalam kitab " Al-Aishal " pada bab Faraid. Abu Muhammad menuduh beliau sebagai majhul (tidak dikenal). Padahal Abu Muhammadlah yang tidak tahu adanya kitab al-Jami' dan al-'Ilal buah tangan Imam at-Tirmidzi ".

 Ibnul 'Imad al-Hambali di dalam kitabnya " Syadzratudz Dzahab ", mengungkapkan :

 " At-Tirmidzi amat menonjol dikalangan ulama seangkatannya. Ia merupakan contoh dalam hal menghafal dan mendalami Hadits ".

 Diriwayatkan oleh al-Hakim Abu Ahmad dari salah seorang gurunya, yang berkata :

 
" Dikala Muhammad bin Ismail al-Bukhari (Imam Bukhari) meninggal dunia, tiada yang ia tinggalkan di Khurasan orang yang saperti Abu 'Isa (at-Tirmidzi) ditinjau dari segi ilmu, kekuatan menghafal, wara' dan kezuhudannya. At-Tirmidzi banyak menangis sehingga diakhir hayatnya menjadi buta. Dan ia buta beberapa tahun sampai meninggal dunia ".

 
Di dalam kitab "at-Tahdzib", Abul Fadhal al-Bailamani bercerita (dengan sanad sebagai berikut : dari Nashr bin Muhammad as-Syibrakuhi, dari Muhammad bin Isa at-Tirmidzi) bahawa Imam Bukhari berkata kepada at-Tirmidzi sebagai berikut :

 " Sesungguhnya manfaat yang dapat kau ambil dari dirimu sendiri, lebih banyak dari manfaat yang dapat kau ambil dariku ".


Ibnul Atsir di dalam kitabnya "at-Tarikh" berkata:

 
" At-Tirmidzi adalah seorang Imam dan Hafidh* . Ia telah menulis banyak kitab yang bermutu. Di antara karyanya adalah "al-Jami'ul Kabir" , sebuah kitab yang sangat baik ".

Nota *8 :

Hafidh adalah gelaran bagi seorang ahli Hadits yang telah hafal atau menguasai sedikitnya 100,000 (seratus ribu) Hadits, serta hafal pula sanad dan matannya.

 
Abu 'Ali, (Manshur bin Abdullah al-Khalidi menyatakan bahawa Imam at-Tirmidzi pernah berbicara tentang kitabnya "al-Jami'ul Kabir", sebagai berikut:

 
" Setelah ku tulis kitab ini, kemudian ku perlihatkan kepada para ulama Hijaz, Iraq dan Khurasan , ternyata mereka menyambutnya dengan gembira dan memberikan komen : Barangsiapa yang menyimpan kitab ini di rumahnya, maka seakan-akan di dalam rumahnya ada Nabi Sallallahu 'alaihi Wasallam yang sedang bersabda ".
 
Sumber Rujukan :::::: [As-Syamailul Muhammadiyyah - susunan Imam al-Hafidh at-Tirmidzi].

0 comments:

Post a Comment